Advertisement
Gencar Isu Resesi Global, Ekspor Produk Art and Furniture Asal DIY Tetap Moncer
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA– Isu resesi global pada 2023 diharapkan tidak ikut memengaruhi aktivitas ekspor produk kerajinan dan furnitur asal DIY. Pemerintah juga akan mencari pangsa pasar lain untuk menyiasati krisis global yang terjadi saat ini.
Ketua Asmindo DIY Timbul Raharjo mengatakan isu krisis global belum memengaruhi kegiatan ekspor barang-barang kerajinan dan furnitur asal DIY. Aktifitas ekspor pada sektor ini masih berjalan seperti biasa hingga saat ini. Beberapa negara tujuan ekspor baik di Eropa maupun Amerika masih menerima ekspor furnitur dari DIY.
Advertisement
"Kegiatan ekspor masih berjalan meski terjadi resesi global. Kalaupun ada pengaruhnya, hanya sedikit. Misalnya ke Jerman dan Amerika, sedikit ada konstraksi. Amerika turun paling sekitar 5 persen, tidak terlalu signifikan," katanya di sela kegiatan launching Jogja International Furniture & Craft Fair Indonesia (Jiffina) 2023 di JEC, Selasa (26/1/2023).
Selain masih menyasar pasar Eropa dan Amerika, kata Timbul, ekspor furniture asal DIY juga menyasar pasar-pasar baru seperti India dan Timur Tengah. "Termasuk juga (pengiriman) ke Korea. Di Eropa tidak semua negara terkena imbas resesi. Masih oke. Ya mudah-mudahan isu resesi global tidak terlalu berpengaruh hingga akhir tahun nanti," katanya.
Pameran ketujuh JIFFINA yang digelar pada 11-14 Maret mendatang, lanjut Timbul, diharapkan dapat ikut membantu penjualan barang-barang kerajinan dan furnitur dari DIY. Untuk diketahui, transaksi penjualan kegiatan JIFFINA pada Agustus 2022 lalu bisa mencapai US24 juta.
Kepala Disperindag DIY, Syam Arjayanti mengatakan kepastian adanya pesanan barang-barang ekspor asal DIY tercatat hingga Mei nanti. Saat ini, pemerintah berupaya membuka pasar baru ke sejumlah negara lainnya. "Kami berharap setelah Mei ada order kembali. Kami cari pangsa pasar lain. Kalau sebelumnya pangsa pasar terbesad ekspor Amerika, kami saat ini melirik pasar Timur Tengah," katanya.
Syam beralasan, pasar Timur Tengah menjadi sasaran ekspor karena saat ini di wilayah tersebut sedang gencar untuk membangun hotel sehingga membutuhkan furnitur dari negara lain. Alasan lainnya, dukungan keikutsertaan pelaku usaha untuk kegiatan pameran internasional.
BACA JUGA: Terduga Teroris Ditangkap di Sleman, Kemenag Imbau Beragama dengan Lebih Moderat
"Kami berikan dukungan keikutsertaan pelaku IKM yang siap ekspor untuk mengikuti pameran internasional. Ada sekitar 20% dari 95.000 pelaku IKM untuk semua produk yang masuk kategori siap ekspor di DIY," katanya.
Selain ekspor, lanjutnya, pemerintah juga mendorong perluasan pasar domestik agar masyarakat bangga dengan produk dalam negeri. "Ini sejumlah langkah yang kami lakukan untuk mengantisipasi isu resesi global. Jadi pemerintah tidak tinggal diam saja," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Prabowo Sebut Lahan KAI Bisa Dimanfaatkan untuk Program 3 Juta Rumah
- KKP Targetkan Indonesia Stop Impor Garam pada 2027
- Pengusaha Rokok Berharap Tidak Ada Kenaikan Cukai Tahun Depan
- Domain dot id Tembus 1,3 Juta Pengguna, Buka Peluang Ekonomi Baru
- Harga Minyak Mentah RI, Agustus Turun Jadi 66,07 dolar AS per barel
Advertisement

Pemindahan TPR Pansela Tunggu Pembukaan Jembatan Pandansimo
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Bahlil Minta SPBU Swasta Kolaborasi dengan Pertamina Terkait Stok
- Dukung Ekonomi Nasional, BI Rate Dipangkas Jadi 4,75 Persen
- BI Yakin Ekonomi RI 2025 Tumbuh di Atas Titik Tengah
- Prabowo Sebut Lahan KAI Bisa Dimanfaatkan untuk Program 3 Juta Rumah
- Erick Thohir Dilantik Jadi Menpora, Kementerian BUMN Berpotensi Hilang
- Pariwisata Butuh Pembiayaan, Berharap Suku Bunga Bank Turun
- Harga Beras, Bawang, hingga Cabai Rawit Merah Turun Hari Ini
Advertisement
Advertisement