Advertisement
Tertekan Kondisi Geopolitik Global, Industri Tekstil DIY Masih Akan Terpuruk Tahun Ini
Industri tekstil. - JIBI
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA— Ketua Komtap Pembinaan dan Pengembangan Sekretariat Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DIY, Timotius Apriyanto mengatakan industri tekstil masih akan menghadapi banyak tantangan tahun ini. Dia menjelaskan industri pengolahan berkontribusi paling dominan pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) DIY kurang lebih Rp44 triliun.
Tekanan pada industri tekstil paling dirasakan adalah yang berorientasi ekspor. Kondisi geopolitik global akan menekan demand hingga 40-70% dibandingkan tahun lalu. Dalam kondisi yang kurang baik, orang akan mendahulukan pemenuhan kebutuhan esensial daripada fashion.
Advertisement
"Kalau tekstil [tahun ini] akan menghadapi situasi yang menantang. Situasi Eropa situasi geopolitik dunia ini akan menekan jauh 40-70% dari demand mereka," paparnya, Minggu (28/01/2024).
Menurutnya di DIY kontribusi ekspor yang paling tinggi adalah produk tekstil, furniture, kraft, sarung tangan kulit dan lainnya. Dengan tujuan utama ekspor adalah Amerika Serikat, Jerman, dan Jepang.
"Negara-negara ini sangat mempengaruhi neraca perdagangan di DIY. Otomatis yang kami mohon dari Kadin adalah kebijakan fiskal dan intensif dari pemerintah," jelasnya.
Kebijakan fiskal ini, kata Timotius, dibutuhkan karena DIY menjadi provinsi ketiga yang paling tinggi menaikkan Upah Minimum Provinsi (UMP) sebesar 7,27%.
"Kenaikan upah minimum ini mestinya pemerintah daerah dan juga pemerintah pusat itu berikan kebijakan fiskal yang memudahkan dunia usaha dan dunia industri juga tentunya investasi di DIY," lanjutnya.
BACA JUGA: Industri Tekstil DIY Kian Terpuruk, Ini Saran Pakar Ekonomi
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) DIY mencatat ekspor DIY pada November 2023 nilainya sebesar 39 juta dolar, turun 0,26% dibandingkan bulan sebelumnya atau (month-to-month/mtm) dan secara tahunan atau (year-on-year/yoy) terjadi penurunan 8,88%.
"Untuk ekspor DIY pada November 2023 tercatat 98,97% adalah ekspor barang-barang hasil industri pengolahan," ucap Kepala BPS DIY, Herum Fajarwati.
Pangsa ekspor selama November 2023 paling tinggi adalah ke Amerika Serikat (AS) sebesar 15,6 juta dolar dengan andil 40%. Sedangkan ke negara Uni Eropa 8,6 juta dolar dengan andil 22,05% dan ke ASEAN 1,1 juta dolar dengan andil 2,82%.
"Kemudian jika dilihat masing-masing pangsa setiap negara, Jerman, Jepang, Belanda dan seterusnya di bawah 10%," paparnya.
Kemudian untuk komoditas ekspor berdasarkan golongan barang, paling besar adalah pakaian jadi bukan rajutan mencapai 14,4 juta dolar atau 36,92% terhadap total ekspor. Kedua perabot penerangan rumah tangga, barang-barang dari kulit yang nilainya di bawah 5 juta dolar dan andil di bawah 13%.
"Share tiga terbesar Januari - November 2023 yang pertama adalah pakaian jadi bukan rajutan andil 36,06%, kedua perabot penerangan rumah tangga andilnya 12,32%, dan barang-barang dari kulit andilnya 11,12%." (Anisatul Umah)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Harga Pangan Hari Ini, Cabai Rp 40 Ribu, Bawang Merah Rp41 Ribu per Kg
- PLN UP3 Yogyakarta Siagakan Lebih dari 500 Petugas Hadapi Musim Hujan
- Kemnaker Buka 80.000 Kuota Magang Nasional Tahap 2
- Cek Harga Sembako Hari Ini, Cabai Rp39 Ribu, Telur Rp31 Ribu
- Kemnaker Siapkan Perpres Ojol, Tekankan Aspek Keadilan Kerja
Advertisement
Paku Buwono XIII Wafat, Sri Sultan HB X Akan Takziah Ke Solo
Advertisement
Wisata DEB Balkondes Karangrejo Borobudur Ditawarkan ke Eropa
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement



