Advertisement

Pakar UGM Sebut Konektivitas Jalan Tol Bisa Menekan Pengguna Kereta Api

Anisatul Umah
Rabu, 09 Oktober 2024 - 18:07 WIB
Abdul Hamied Razak
Pakar UGM Sebut Konektivitas Jalan Tol Bisa Menekan Pengguna Kereta Api

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA— Peneliti Senior Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) UGM sekaligus Direktur Pengembangan dan Pembinaan Kewirausahaan UII, Arif Wismadi mengatakan revitalisasi Kereta Api (KA) sebagai angkutan umum bukan hal yang mudah.

Dia menyebut, ibarat manusia KA di Jawa tahapannya telah melewati masa lahir, tumbuh, dan dewasa. Jiak tidak ada upaya mempertahankan, maka bisa ditinggal moda lain atau KA yang lebih modern. Menurutnya KA di lintas Selatan DIY masih menggeliat karena koneksi jalan tol belum tersambung.

Advertisement

BACA JUGA: Jalur Alternatif Sleman-Gunungkidul Rampung Akhir Tahun Ini: Tersambung Exit Toll Jogja-Solo, Dilengkapi Underpass dan 4 Jembatan

"Jika sudah mungkin akan semakin tertekan karena kendaraan pribadi akan menjadi dominan kembali," ucapnya, Rabu (9/10/2024).

Menurutnya moda transportasi pesawat saat ini membantu mempertahankan demand KA, karena konektivitas tercepat ke kota dari bandara adalah KA. Ia menjelaskan KA cepat atau semi cepat yang lebih modern rencananya akan hadir di sepanjang pantai Utara karena lebih landai.

Oleh karena itu, menurutnya agar stasiun di Yogyakarta tetap menarik perlu berbenah, mempercantik, dan meningkatkan layanan. Arif mengatakan Stasiun Tugu merupakan salah satu bangunan heritage yang penataan harus hati-hati.
 
Ia mengatakan perubahan volume penumpang menuntut penyesuaian lebar peron agar mengacu Peraturan Menteri Perhubungan No. 29 Tahun 2011 (side platform 1,65 dan 2 m untuk platform) tidak bisa dilakukan karena berimplikasi pada konfigurasi kolom-kolom yang sudah dibangun sejak zaman Penjajahan Belanda.

"Melakukan rekonfigurasi emplasemen ke arah Timur sudah tidak memungkinkan karena adanya as Imajiner Kraton dan kondisi lahan. Pilihannya hanya ke arah Barat," tuturnya.

Stasiun lain di DIY yakni Lempuyangan menurutnya masih terhitung 'tipis' sehingga pengembangan membutuhkan pelebaran ke arah Selatan atau Utara. Hanya saja sisi Utara harus mengatur lagi konfigurasi untuk KA logistik.

BACA JUGA: Warga Kalasan Perlu Antisipasi Dampak Negatif Pembangunan Jalan Tol Jogja Solo

Lebih lanjut dia mengatakan penebalan di sisi Selatan bisa jadi opsi, namun terdapat implikasi perubahan arus lalu lintas. Jika dilakukan ada baiknya sekalian melakukan rekonfigurasi persimpangan sebidang di Timur dan Barat Lempuyangan.

"Sudah adanya flyover bisa mempermudah perubahan atau pemindahan aliran di persimpangan sebidang yang ada," ungkapnya.

Arif mengatakan alternatif lain adalah pengembangan lebih luas sebagai area Transit Oriented Development (TOD) ke arah Barat. Pengembangan TOD di area persimpangan sebidang bisa jadi opsi untuk pengaturan lalu lintas dan menggabungkan investasi pemerintah (infrastruktur) dan badan usaha (kawasan sociopreneur).

Yakni untuk memangkas housing backlog, dan membuka usaha kelompok sosial yang mungkin terusik dan terpinggirkan oleh program pembangunan perkotaan dengan pendekatan tradisional atau gusur dan pemberian ganti rugi.

"Pendekatan baru ini tidak mudah, tapi Jogja kan Istimewa, mengapa tidak?." 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Prakiraan Cuaca Jogja dan Sekitarnya Kamis 10 Oktober 2024: DIY Cerah Berawan

Jogja
| Kamis, 10 Oktober 2024, 05:37 WIB

Advertisement

alt

Bikin Seru Staycation Anda di Oktofest Super Sale Hotel Grand Rohan Jogja

Wisata
| Senin, 07 Oktober 2024, 11:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement