Advertisement

Jika Punya Mata Uang Sendiri, Negara Anggota BRICS Diancam Pengenaan Tarif 100 Persen oleh Trump

Lorenzo Anugrah Mahardhika
Senin, 02 Desember 2024 - 09:27 WIB
Maya Herawati
Jika Punya Mata Uang Sendiri, Negara Anggota BRICS Diancam Pengenaan Tarif 100 Persen oleh Trump Donald Trump / Antara

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump mengulangi ancamannya untuk mengenakan tarif 100% apabila negara-negara anggota BRICS ngotot untuk membuat mata uang baru.

"Gagasan bahwa Negara-negara BRICS mencoba untuk menjauh dari dolar sementara kita berdiri dan menonton sudah berakhir," kata Trump dalam sebuah posting di jejaring sosial Truth Social, dikutip dari Bloomberg pada Senin (2/12/2024).

Advertisement

"Kami meminta komitmen dari negara-negara ini bahwa mereka tidak akan menciptakan mata uang BRICS baru, atau mendukung mata uang lain untuk menggantikan Dolar AS yang perkasa atau, mereka akan menghadapi Tarif 100%, dan harus berharap untuk mengucapkan selamat tinggal pada penjualan ke Ekonomi AS yang luar biasa," tambahnya.

Trump dan para penasihat ekonominya telah membahas berbagai cara untuk menghukum sekutu dan musuh yang berupaya terlibat dalam perdagangan bilateral dalam mata uang selain dolar. Langkah-langkah tersebut termasuk mempertimbangkan berbagai opsi seperti kontrol ekspor, biaya manipulasi mata uang, dan pungutan atas perdagangan.

Trump telah lama menekankan bahwa dia ingin dolar AS tetap menjadi mata uang cadangan dunia, dengan mengatakan dalam sebuah wawancara dengan CNBC pada Maret 2024 bahwa dia tidak akan membiarkan negara-negara meninggalkan dolar karena hal itu akan menjadi pukulan bagi AS.

BACA JUGA: Unggul di Pilkada Sleman 2024, Harda-Danang Siapkan Program 100 Hari Kerja

Peneliti senior di Carnegie Endowment for International Peace, Michael Pettis, mengatakan bahwa peringatan Trump terhadap negara-negara BRICS menunjukkan betapa bingungnya pemerintahan yang baru mengenai perdagangan global dan sistem modal.

"AS tidak dapat mengurangi defisit perdagangannya dan meningkatkan dominasi global dolar AS karena hal ini memaksakan kondisi yang sangat bertolak belakang," kata Pettis di akun X miliknya.

Adapun, kelompok negara-negara emerging market BRICS—singkatan dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan—berkembang tahun ini hingga mencakup Iran, Uni Emirat Arab, Ethiopia, dan Mesir.

Kelompok ini membahas masalah dedolarisasi pada pertemuan puncak tahun 2023. Reaksi keras terhadap dominasi dolar mulai terasa pada tahun 2022 ketika AS memimpin upaya untuk menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Rusia.

Meskipun beberapa calon pesaing dolar seperti yuan China telah merambah pasar, hal itu sering kali terjadi dengan mengorbankan mata uang selain dolar.

Terlepas dari retorika kelompok tersebut, infrastruktur yang mendukung dolar, seperti sistem pembayaran lintas batas, kemungkinan akan memberi mata uang AS keunggulan yang menentukan selama beberapa dekade mendatang.

Bukti ini muncul selama KTT BRICS tersebut pada Oktober lalu di Kazan yang diselenggarakan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin, seorang pejuang pengurangan peran dolar internasional. Penyelenggara pertemuan tersebut mendorong peserta untuk membawa dolar AS atau euro karena kartu Mastercard atau Visa non-Rusia tidak berlaku di negara tersebut.

Penasihat ekonomi Trump dan kampanyenya telah berbicara secara khusus tentang penargetan upaya BRICS.

"Tidak ada peluang bagi BRICS untuk menggantikan Dolar AS dalam Perdagangan Internasional, dan Negara mana pun yang mencoba harus mengucapkan selamat tinggal kepada Amerika," kata Trump pada Sabtu (30/11/2024).

Trump telah mengguncang pasar dunia menjelang masa jabatan keduanya dengan ancaman untuk mengenakan tarif tambahan sebesar 10% pada barang-barang dari China dan tarif sebesar 25% pada semua produk dari Meksiko dan Kanada. Tarif tersebut akan dikenakan jika negara-negara tersebut tidak berbuat lebih banyak untuk membendung aliran obat-obatan terlarang dan migran tidak berdokumen melintasi perbatasan AS.

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau bertemu dengan Trump pada Jumat pekan lalu untuk membahas masalah perdagangan dan perbatasan dalam upaya untuk meredakan ketegangan antara kedua negara sekutu tersebut setelah ancaman tarif tersebut.

Namun demikian, negara-negara lain mungkin mempertimbangkan cara untuk mengurangi tarif Trump terhadap ekonomi mereka.

China dapat membiarkan yuan terdepresiasi hingga 10%—15% sebagai respons terhadap perang dagang yang dilancarkan Trump, menurut JPMorgan Chase & Co. Bank tersebut memperkirakan depresiasi rata-rata 5% dalam mata uang pasar berkembang selama paruh pertama tahun 2025.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

DPRD BANTUL Coret Penyertaan Modal untuk Aneka Dharma, Nasib ITF Bawuran Makin Tidak Jelas

Bantul
| Senin, 02 Desember 2024, 13:27 WIB

Advertisement

alt

Lima Satwa Berbagai Spesies Lahir di Beberapa Taman Safari di Indonesia

Wisata
| Sabtu, 30 November 2024, 05:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement