Program JKN Temani Perjuangan Widyaskoro Bangkit dari Diabetes Melitus
Advertisement
JOGJA–Siang itu, Balai Rehabilitasi Terpadu Penyandang Disabilitas Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta (BRTPD DIY) nampak lengang. Halaman hijau yang luas membuat suasana teduh kian terasa. Angin sepoi-sepoi menemani obrolan hangat bersama Widyaskoro Wibowo. Duduk di kursi rodanya, Widyaskoro memutar memorinya jauh ke belakang.
Tahun 2021 menjadi tahun berat yang tak akan terlupakan seumur hidup. Perjuangan besar dimulai saat dokter mengatakan ia harus merelakan salah satu kakinya untuk diamputasi.
Advertisement
“Waktu itu bulan November tahun 2021 saya harus amputasi akibat diabetes melitus. Awalnya saya jatuh di rumah, kondisi langsung drop sampai keluarga memutuskan membawa saya ke rumah sakit dan pada akhirnya saya harus diamputasi,” katanya dengan tatapan dalam, seolah merasakan kembali peristiwa tiga tahun silam, Jumat (13/12/2024).
Kondisi itu membuat Widyaskoro terpukul bukan main. Dunianya yang terang seketika gelap seolah redup dan mati. Bagaimana tidak, ia yang sebelumnya aktif bekerja di ibu kota, mengunjungi berbagai wilayah dengan segudang aktivitas tiba-tiba harus tergeletak tak berdaya.
“Pada saat itu terus terang saya drop, saya hampir saja, hampir memutuskan yang buruk, suicide. Saat ini (kaki-red) sudah tidak ada rasanya sudah apa ya, hopeless,” kata Widyaskoro perlahan.
Usai amputasi di salah satu rumah sakit daerah Rawamangun Jakarta, keluarga memboyong Widyaskoro kembali ke Yogyakarta dimana seluruh keluarganya tinggal. Saat mencoba berdamai dengan keadaan, ia harus kembali menelan pil pahit. Setibanya di Yogyakarta, operasi lanjutan harus ia jalani.
“Kaki saya yang diamputasi, ada infeksi sehingga selalu bernanah. Keluarga membawa saya ke RSUP dr. Sardjito dan dokter akhirnya memutuskan, ya sudah dilakukan operasi dan penyedotan. Tiga kali saya masuk ruang operasi. Di operasi ketiga baru ada perkembangan positif. Total sembilan bulan saya nggak bisa bangun dari tempat tidur,” ujarnya.
Di tengah ujian besar itu, setitik asa muncul memberikan ruang lega di hati Widyaskoro. Program JKN hadir memberi penjaminan biaya pada rangkaian proses pengobatannya. Ia hanya perlu fokus pada proses penyembuhan, biaya rangkaian pengobatan dan amputasinya tak perlu ia pikul sendiri.
“Semua, semua proses saya pengobatan diabetes, amputasi, operasi sampai sekarang semua menggunakan JKN. Tidak terbayang kalau saya harus bayar sendiri, berapa ratus juta saya harus siapkan. Amputasi saja mungkin seratus juta,” ujarnya.
Sampai saat ini Program JKN menjadi sandarannya menjalani perawatan jangka panjang diabetes melitus. Satu kali dalam sebulan, ia harus datang ke RSUP dr. Sardjito untuk kontrol pada dokter spesialis endokrin.
“BPJS Kesehatan, Program JKN benar-benar menemani proses saya bangkit dari diabetes. Alhamdulillah, sekarang kondisi saya sudah jauh lebih baik,” kata Widyaskoro tersenyum.
Perkenalan Widyaskoro dengan Program JKN ternyata sudah terjadi jauh sebelum diabetes menyerangnya. Ternyata ia pun pernah menjadi seorang human resource development (hrd) yang mengurus iuran JKN karyawan di perusahaan tempatnya bekerja.
“Kalau bisa dibilang kisah saya dengan BPJS Kesehatan sudah terjalin lama. Dulu saya jadi hrd ngurusin iuran karyawan. Sekarang saya berobat ya seluruhnya menggunakannya JKN. Waktu saya amputasi kan awal pandemi covid, kondisi keuangan saya turun drastis tidak ada penghasilan, alhamdulillah ada JKN,” katanya.
Semangat dari seorang Widyaskoro memang tak perlu diragukan, ia bahkan sudah memanfaatkan antrean online dari Aplikasi Mobile JKN untuk membantu pendaftaran rawat jalan setiap bulan. Katanya, dengan antrean ini ada kepastian dalam mendapatkan antrean. Dengan cekatan ia menunjukkan Aplikasi Mobile JKN pada layar gawai pintarnya.
“Kalau ke rumah sakit saya selalu daftar online. Pada saat kita mengambil antrean, sudah ada keterangan jam berapa kira-kira antrean saya dipanggil. Kalau sudah dekat kita siap-siap dan biasanya setengah jam sebelumnya saya perjalanan ke sana. Jadi menunggunya tidak lama,” ujarnya.
Cerita Widyaskoro dan Program JKN masih terus berlanjut. Sebagai pengelola jaminan kesehatan, BPJS Kesehatan berharap dapat memberikan perlindungan jaminan kesehatan untuk Widyaskoro lain di berbagai penjuru Indonesia.
“Terima kasih sebesar-besarnya untuk BPJS Kesehatan. Saya bisa menjalani proses ini dengan baik, sekarang saya sehat dan saya happy,” tutupnya.
Obrolan itu usai, Widyaskoro berlalu di balik dinding balai. Tangannya masih begitu kuat memutar kursi roda. Beribu harapan teruntai untuk kesembuhan dan kebahagiannya. Sehat selalu Widyaskoro Wibowo. (***)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Libur Natal dan Tahun Baru, AirAsia Siapkan 554.000 Kursi
- Harga Emas Antam Hari Ini 12 Desember 2024 Naik Jadi Rp1.573.000 per Gram
- Wow! Kerugian Konsumen Akibat Scam dan Fraud di Indonesia Mencapai Rp2,5 Triliun
- Harga Emas Antam dan UBS Hari Ini 11 Desember 2024 Kompak Naik
- Jaga Dompet agar Tak Jebol Saat Berlibur Akhir Tahun, Ini Tipsnya
Advertisement
Melihat Sentra Tauge di Priyan Bantul yang Dikunjungi Titiek Soeharto
Advertisement
Waterboom Jogja Rayakan Ulang Tahun ke-9, Ada Wahana Baru dan Promo Menarik
Advertisement
Berita Populer
- Bank BPD DIY Catat Kinerja Cemerlang
- Perluas Jaringan, Bank BPD DIY Ekspansi ke Luar DIY
- Tingkatkan Transformasi Digital dan Pemberdayaan UMKM Lewat Perlombaan
- Harga Pangan Hari Ini 16 Desember 2024: Beras Naik, Cabai Tembus Rp51.090 per Kg
- Harga Emas Antam Hari Ini 16 Desember 2024 Stagnan, Termurah Rp830.000
- Daftar 10 Mobil SUV Terlaris Sepanjang November 2024
- Rangkaian HUT ke-46, Pasar Modal Indonesia Salurkan CSR di Gunungkidul
Advertisement
Advertisement