Advertisement
Ekspor Jogja ke Timor Leste Mendominasi
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Selama Juni 2018, ekspor DIY secara keseluruhan menurun 33,83% dibandingkan bulan sebelumnya. Sedangkan ekspor ke Timor Leste mengalami perkembangan terbesar selama Juni 2018.
Kepala BPS DIY JB Priyono mengungkapkan dibandingkan setahun lalu, kumulatif Januari-Juni 2018, nilai ekspor DIY justru mengalami peningkatan sebesar 11,9%. "Lebih dari setengah nilai ekspor DIY dikirim ke Amerika Serikat, Jerman dan Jepang," ujar Priyono, Rabu (8/8).
Advertisement
Priyono memaparkan nilai ekspor barang asal DIY yang dikirimkan lewat beberapa pelabuhan di Indonesia pada Juni 2018 mencapai US$24,86 juta [Rp358,9 miliar]. Nilai ekspor tersebut mengalami penurunan dari bulan sebelumnya yang mencapai US$37,56 juta [Rp542,2 miliar].
Amerika Serikat masih menjadi negara tujuan ekspor DIY yang terbesar. Nilai ekspor DIY ke negara ini mencapai US$6,91 juta [Rp99,7 miliar] atau sebanyak 27,81%. Sedangkan negara dengan nilai ekspor terendah yakni Belgia dengan nilai mencapai US$592.000 [Rp8,5 miliar].
"Penurunan nilai ekspor selama Juni ini disebabkan karena penurunan nilai ekspor sembilan dari 10 negara tujuan utama" ungkap Priyono.
Priyono mengungkapkan tiga negara yang mengalami penurunan nilai ekspor tertinggi yakni Belanda dengan penurunan mencapai 55,15%. Sedangkan Prancis, nilai ekspor turun sebesar 50,78% dan Belgia mengalami penurunan hingga 48,09%.
Sementara itu, khusus kawasan ASEAN, total nilai ekspor DIY selama Juni 2018 mencapai US$1,10 juta. Tiga negara besar di ASEAN sebagai tujuan utama ekspor yakni Singapura dengan nilai ekspor mencapai US$536.960 [Rp7,7 miliar], disusul Malaysia dan Timor Leste.
"Selama Juni, ekspor DIY ke Singapura dan Malaysia mengalami penurunan. Sedangkan ekspor ke Timor Leste justru naik 36,72 persen, secara kumulatif kenaikan ekspor ke negara ini mencapai 135,61 persen," papar Priyono.
Sedangkan untuk impor barang yang masuk di DIY yang dicatat melalui pintu masuk di Bandara Internasional Adisutjipto sebesar US$1,04 juta [Rp15,01 miliar]. Lima negara utama asal impor DIY antara lain Papua Nugini dengan persentase terbesar mencapai 79,89% dengan nilai impor US$829.880 [Rp11,9 miliar]. Selain itu, impor lain berasal dari Hong Kong, Korea Selatan, Srilangka dan Taiwan.
"Secara keseluruhan peningkatan nilai impor mengalami kenaikan 20,65 persen dibandingkan Mei 2018. Papua Nugini peningkatan persentase nilai impor yang terbesar yakni mencapai 259,80 persen," jelas Priyono.
Komoditas kopi, teh, dan rempah-rempah merupakan komoditas dengan nilai impor tertinggi yakni senilai US$829.880 [Rp11,9 miliar]. Distribusi komoditas tersebut berasal dari Papua Nugini.
"Sedangkan untuk komoditas impor paling banyak berasal dari Hong Kong seperti kain tenunan, filamen dan berbagai barang logam dasar," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- BI Rate Naik, Ekonom Berharap Bunga KUR Tak Ikut Naik
- Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Luhut Bentuk Tim Khusus
- Airlangga Nilai Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Negara Lain
- Nilai Tukar Rupiah Remuk Akibat Konflik Iran-Israel, Ini Proyeksi Ekonom
- Kadin DIY: Pelemahan Rupiah Dongkrak Ekspor Bagi yang Bahan Bakunya Lokal
Advertisement
Jumlah RTLH di Bantul Cukup Tinggi, Alokasi Perbaikan RTLH Setiap Tahun Masih Sedikit
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- BI Rate Naik, Ekonom Berharap Bunga KUR Tak Ikut Naik
- IHSG Ditutup Melemah, Ini Tanggapan BEI DIY
- Kenaikan BI Rate 25 Basis Poin, Respon Kadin DIY: Keputusan Moderat
- Marvera Gunungkidul, Korban Penipuan Jadi Sumber Penghidupan
- Meraup Berkah dari Rumput Laut dan Tulang Ikan
- Hari Ini Harga Telur Ayam Terpantau Naik hingga Rp31 Ribu per Kilogram
- Per Maret 2024, APBN Surplus Rp8,1 Triliun
Advertisement
Advertisement