Advertisement
Ekonom Serukan Urgensi Merawat Kelas Menengah Ketimbang Menekan Kemiskinan
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Sebagai negara berkembang, Indonesia akan memasuki fase aspirasi kelas menengah akan mendominasi jalannya roda perekonomian. Urgensi merawat kelas menengah selaiknya diprioritaskan dibanding menekan kemiskinan.
Sebagai negara berstatus upper-middle income anyar, Indonesia pun tengah memasuki fase pertumbuhan pesat kalangan ekonomi kelas menengah. Tren ini sebelumnya juga sempat dirasakan Chili. Bahkan, Chili dianggap berhasil mengentaskan kemiskinan dan mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi dengan pesat, sampai-sampai dijuluki Jaguar Amerika Latin. Ekonom dari UGM sekaligus Research Associate Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Evi Noor Afifah menjelaskan tren pertumbuhan kelas menengah di Indonesia terdorong oleh masifnya urbanisasi dan munculnya geliat ekonomi baru akibat tren digitalisasi. Sejalan dengan hal tersebut, Evi berharap para pemimpin di Indonesia mulai waspada terhadap tren semakin tingginya ekspektasi soal imaji kehidupan yang lebih ideal dari kalangan masyarakat ekonomi kelas menengah.
Advertisement
"Perlu diwaspadai kelas menengah itu semakin punya aspirasi untuk didengar. Ini kemudian mulai tercermin perilaku rakyat di media sosial. Ke depan, kita perlu berkaca dari beberapa negara, termasuk Chili yang sempat punya situasi mirip dengan di sini," ujarnya dalam Diskusi Publik Ekonom Perempuan Indef, dikutip Sabtu (30/12/2023).
Baca Juga
Kabar Baik, Tingkat Kemiskinan Indonesia Turun
Indonesia Diakui sebagai Negara Kelas Menengah Atas
Penduduk Kelas Menengah Jadi Tumpuan Ekonomi Indonesia
Evi menjelaskan kendati Chili mampu menggenjot pertumbuhan ekonomi tumbuh tinggi dan kemiskinan berkurang, tetap saja terjadi gonjangan ekonomi yang didorong ketidakpuasan kaum kelas menengah. Indikator-indikator ekonomi berjalan baik saja tak cukup. Kelas menengah tetap merasakan adanya ketimpangan. Menganggap layanan publik yang ideal tetap tak terjangkau, atau bisa dijangkau dengan biaya yang tak murah. Akhirnya, kerusuhan pun pecah pada Oktober 2019, salah satunya dipantik oleh kenaikan tarif kereta. Kelas menengah yang notabene kaum pekerja merasa pemerintah tidak mengedepankan kepentingan rakyat kebanyakan.
Ekonom senior yang sempat menjabat Menteri Keuangan 2013-2014 Chatib Basri pun sempat menyinggung fenomena yang disebut The Chilean Paradox itu dalam acara Outlook Perekonomian Indonesia 2024 baru-baru ini. Chatib mengakui fenomena ini tidak akan terjadi di Indonesia dalam waktu dekat. Namun, fenomena ini menjadi gambaran betapa pentingnya negara mulai berfokus pada kualitas pelayanan publik yang bisa merawat gairah daya beli kelas menengah. "Chile adalah negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Amerika Latin. Chile adalah negara yang berhasil menurunkan kemiskinannya dari 53 persen [1987] menjadi 6 persen [2017]. HDI pun terbaik di kawasan. Tapi Oktober 2019, tetap terjadi kerusuhan yang nyaris menimbulkan revolusi," ungkapnya.
Menurutnya, itu terjadi karena kelas menengah bisa disebut sebagai 'pengeluh profesional' bagi suatu pemerintah. Suatu kelas konsumen dengan pendapatan lebih baik, secara umum akan menuntut peningkatan standar kualitas pelayanan yang lebih baik pula. Sayangnya, kebijakan pemerintah Chile kala itu belum berubah. Masih terbilang loyal dengan kaum miskin, namun kurang siap dengan tuntutan dari kalangan menengah yang telah menjadi mayoritas.
"Jadi semakin besar nanti middle class kita dalam 10-15 tahun ke depan, perlu dipikirkan instrumennya seperti apa. Tidak bisa lagi dengan BLT [bansos tunai]. Mereka justru lebih perlu kualitas pendidikan yang lebih baik, provision of the public goods yang lebih baik, atau sarana transportasi yang lebih baik. Ini yang kemudian menjadi isu ekonomi politik ke depan," tambahnya. Oleh sebab itu, Chatib mengaku tidak terkejut apabila tren kriteria calon pemimpin ke depan akan condong kepada para pribadi yang punya rekam jejak menyelesaikan masalah-masalah sosial, seperti sampah, parkir, pendidikan, dan bagaimana menanggulangi dampak-dampak urbanisasi secara umum.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Kunjungi Washington DC, Ini Oleh-Oleh yang Dibawa Menkeu untuk Indonesia
- BI Rate Naik, Ekonom Berharap Bunga KUR Tak Ikut Naik
- Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Luhut Bentuk Tim Khusus
- Airlangga Nilai Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Negara Lain
- Nilai Tukar Rupiah Remuk Akibat Konflik Iran-Israel, Ini Proyeksi Ekonom
Advertisement
Hasil Survei Pilkada Jogja: Singgih Raharjo Urutan Pertama, Disusul Heroe Poerwadi dan Eko Suwanto
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Pertegas Brand Identity, GAIA Cosmo Kembali Luncurkan Seragam Baru
- Bulan Ini Ada Tiga Bank Dinyatakan Bangkrut, LPS Jelaskan Proses Klaim untuk Nasabah
- Membangun Ekosistem Anggrek di Magelang
- Jagung dan Pasar Senja, Alat Salamrejo Kulonprogo Bangkitkan Ekonomi Rakyat
- Mendapat Uang dalam Waktu Lima Menit
- X8 Jogja City Mall: Destinasi Belanja Baju Lengkap untuk Couple maupun Family yang Serasi
- Perjalanan Guru TK Jadi Guru Petani
Advertisement
Advertisement