Advertisement
ISEI Gelar FGD bersama Bappenas, Petakan Kondisi Perekonomian Lima Tahun ke Depan

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA— Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) menggelar Focus Group Discussion (FGD) bekerjasama dengan Bappenas di Hotel Alana, Sleman, Rabu (21/8/2024). Wakil Ketua ISEI Cabang Yogyakarta, Gumilang Aryo Sahadewo mengatakan kegiatan ini merupakan rangkaian menuju Kongres ISEI XXII yang akan digelar di Surakarta akhir September 2024 mendatang.
Dia mengatakan beberapa pembicara diundang untuk menyampaikan paparan perkembangan perekonomian dan rencana ke depan. Seperti Ketua Tim Ekonomi Presiden dan Wakil Presiden RI Terpilih Prabowo-Gibran Periode 2024-2029, Burhanuddin Abdullah, serta beberapa pembicara lain.
Advertisement
Menurutnya FGD ini dikerjasamakan dengan Bappenas untuk menyampaikan beberapa potensi program dan kebijakan yang akan dijalankan di 2025. Di masa transisi, kata Gumilang, penting untuk belajar tentang kebijakan-kebijakan ekonomi prioritas selama lima tahun ke depan.
"Kami ingin mengetahui apa saja program-program pembangunan yang akan menjadi prioritas. Dan memastikan indikator makro ekonomi terjaga baik," ucapnya ditemui di sela-sela acara.
Lebih lanjut dia mengatakan, di masa transisi ini diharapkan fundamental bisa terjaga sampai lima tahun ke depan. Oleh karena itu program prioritas perlu dipelajari sehingga bisa memberikan masukan.
"Tujuan kami untuk memastikan masukan yang baik untuk pemerintah bisa disalurkan," jelasnya.
BACA JUGA: InJourney Kerjasama Konektivitas Udara dengan Thai Airways, Ini Tanggapan Asita DIY
Pemerintah telah menetapkan pertumbuhan ekonomi 5,2% dalam RAPBN 2025. Menanggapi target ini, dia mengatakan secara tren pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam kurun sepuluh tahun konsisten di kisaran 5-5,1%, sehingga penetapan 5,2% ini masih mungkin dicapai.
Gumilang mengatakan bicara tentang ekonomi makro banyak faktor yang mempengaruhinya, termasuk faktor-faktor secara global. Harapannya ekonomi Indonesia bisa tumbuh sesuai dengan target yang dicanangkan.
"Menarik juga kita menanti perkembangan dari program prioritas, bisa kembali dan berkontribusi dalam pembangunan riil di masyarakat," jelasnya.
Kemudian terkait dengan deflasi yang terjadi beberapa kali di sepanjang tahun ini, menurutnya salah satu yang mendasari adalah permintaan barang dan jasa. Salah satu temuan statistik beberapa waktu lalu adalah menurunnya proporsi kelas menengah. Sehingga perlu didorong lagi untuk bangkit.
Sebab kelas menengah di Indonesia dan negara berkembang punya kontribusi cukup besar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dan juga konsumsi. "Perlu kita perhatikan apa saja faktor-faktor yang berkontribusi pada turunnya proporsi kelas menengah," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Hore, APBN Indonesia Tidak Lagi Defisit, Kini Surplus Rp4,3 Triliun
- 1.000 Driver Ojol di Jogja Akan Gelar Demo Besok, Selasa 20 Mei, Ini Titik Lokasinya
- Hingga Maret 2025 Tercatat 364 Pekerja Kena PHK di DIY, Paling Banyak di Sleman
- Kaum Pekerja Kini Bisa Mengadu ke Wakil Menteri Tenaga Kerja lewat Kanal Buruh Tanya Wamen
- Gandeng Perusahaan Asal Brasil, Kementan Bakal Buka Peternakan Sapi 10 Ribu Hektare
Advertisement
Advertisement

Berikut Sejumlah Destinasi Wisata Berbasis Pedesaan di Bantul
Advertisement
Berita Populer
- Ojol Gelar Demo, Gojek Jamin Layanan Pelanggan Tetap Jalan
- Pagi Ini Harga Bawang Merah Rata-Rata Nasional Turun Tipis Menjadi Rp37.049 per Kilogram
- Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat Selasa Pagi Menguat
- Harga Emas Batangan Antam Hari Ini Turun Rp23.000 per Gram, Ini Daftar Harganya
- KAI Daop 6 Salurkan Bantuan Sosial-Lingkungan Sebesar Rp319,9 Juta hingga Mei 2025 sebagai Komitmen Berkelanjutan
- Kunjungan Wisman ke DIY Merangkak Naik, Puncaknya Diprediksi Juli-September
- KAI Daop 6 Yogyakarta Catat Angkutan Barang Tumbuh 23 Persen hingga April 2025
Advertisement