Advertisement

PHRI DIY Minta Pemda Terima Rombongan Kunker dari Daerah Zona Hijau

Herlambang Jati Kusumo
Jum'at, 19 Juni 2020 - 15:47 WIB
Arief Junianto
PHRI DIY Minta Pemda Terima Rombongan Kunker dari Daerah Zona Hijau Grand Inna Malioboro - Ist

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY mengharapkan ada kelonggaran untuk daerah zona hijau mengadakan kunjungan kerja (kunker). Dengan begitu diharapkan hotel tetap mendapat kunjungan.

“Harapan kami Pemda bisa menerima kunker dari luar daerah paling tidak yang zona hijau dulu. Serta juga bisa Pemda kita bisa balas kunker disana dan bisa mengadakan event-event di hotel,” kata Ketua PHRI DIY, Deddy Pranowo Eryono, Jumat (19/6/2020).

Advertisement

Deddy berharap saat ini hotel yang sudah buka belum merasakan sepenuhnya kunjungan. Setidaknya sudah ada 60 hotel bintang dan nonbintang yang buka, dan beberapa hotel lainnya akan mulai buka pada Juli nanti. Rerata okupansi hotel yang sudah buka masih pada angka 25% dan belum merata di semua hotel.

“Per 18 Juni banyak hotel di tengah kota sudah mulai buka, jadi di pinggir kota belum mendapatkan kue-kuenya. Namun kami cukup lega hotel di tengah kota telah dapatkan “kue-kuenya”. Kami berharap yang di pinggir pun akan mendapatkannya agar bisa merata,” katanya.

Untuk itu, kata dia, butuh intervensi pemerintah. Menurut Deddy pergerakan ekonomi di sektor hotel dan restoran bisa dicapai dengan menerima kunker luar daerah dan mengadakan event-event di hotel.

Beberapa hotel pun dikatakannya telah menerima kegiatan dari pihak swasta dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.

Deddy mengatakan sejumlah hotel juga melakukan berbagai hal, untuk menarik kunjungan. Seperti memberikan paket stay menikmati fasilitas yang ada di hotel dengan harga promo. Kemudian ada juga yang menawarkan virtual wedding, dan berbagai penawaran lainnya.

Meski berbagai terobosan sudah coba dilakukan, tetapi dia tidak memungkiri masih ada sejumlah hal yang menjadi tantangan pengelola hotel.

Seperti misalnya tagihan listrik, dan akses transportasi, hingga wisata yang belum dibuka. “Untuk listrik kami minta potongan pelanggan. Serta belum dibukanya secara penuh akses transportasi ke DIY baik pesawat, Kereta Api dan tempat wisatanya,” ujarnya.

Di internal hotel dan restoran, Deddy mengatakan ada empat kategori kekuatan finansial. Pertama kuat; kedua setengah kuat; ketiga pingsan; dan keempat hampir mati.

“Untuk kedua, ketiga dan keempat ini butuh intervensi pemerintah. Pinjaman modal dengan bunga rendah atau tanpa bunga,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Kembali Tampil di Pilkada Gunungkidul Tahun Ini, Ini Gagasan yang Diusung Sutrisna Wibawa

Gunungkidul
| Jum'at, 29 Maret 2024, 20:17 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement