Advertisement
Pertumbuhan Ekonomi Global 2023 Diperkirakan Tumbuh 2,6% Persen
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi global 2023 mencapai 2,6%, sejalan dampak positif pembukaan ekonomi Tiongkok dan penurunan disrupsi suplai global. Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) dan Eropa lebih baik dari proyeksi sebelumnya dan diikuti oleh risiko resesi yang menurun.
Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Firman Mochtar mengatakan pertumbuhan ekonomi global diprakirakan lebih baik dari proyeksi sebelumnya. Perkembangan positif ekonomi global tersebut serta ekspektasi kenaikan upah karena keketatan pasar tenaga kerja di AS dan Eropa mengakibatkan proses penurunan inflasi global berjalan lebih lambat.
Advertisement
"Kondisi tersebut mendorong kebijakan moneter ketat negara maju berlangsung lebih lama sepanjang 2023," katanya di sela kegiatan Pelatihan Wartawan Ekonomi Media Massa di Jogja, Sabtu (18/3/2023).
BACA JUGA : Pertumbuhan Ekonomi RI Capai Rekor Tertinggi
Firman menjelaskan pengetatan kebijakan moneter yang dimaksud, ditambah munculnya kasus penutupan tiga bank di AS, meningkatkan ketidakpastian pasar keuangan global yang kemudian menahan aliran modal ke negara berkembang dan meningkatkan tekanan nilai tukar di berbagai negara.
"Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah guna memitigasi ketidakpastian pasar keuangan global, termasuk dampak rambatan penutupan bank di AS terhadap pasar keuangan domestik dan nilai tukar Rupiah," katanya.
Tetap Kuat
Dia menegaskan pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap akan kuat didorong oleh peningkatan permintaan domestik dan ekspor. Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) juga diniali tetap baik dan mendukung ketahanan eksternal. "Nilai tukar Rupiah terjaga sejalan dengan langkah stabilisasi Bank Indonesia di tengah kembali meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global," katanya.
Optimisme tersebut terlihat juga dari inflasi yang terkendali dan mendukung stabilitas perekonomian. Likuiditas perbankan dan perekonomian memadai untuk mendorong berlanjutnya peningkatan kredit (pembiayaan). Intermediasi perbankan dikatakan Firman terus meningkat sehingga mendukung upaya memperkuat pertumbuhan ekonomi.
"Ketahanan sistem keuangan, khususnya perbankan, tetap terjaga, baik dari sisi permodalan, risiko kredit maupun likuiditas. Transaksi ekonomi dan keuangan digital berkembang pesat dalam mendorong kegiatan ekonomi," paparnya.
Atas berbagai pertimbangan asesmen tersebut, lanjut Firman, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pertengahan Maret 2023 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%.
BACA JUGA : Laju Ekonomi di Gunungkidul Kian Moncer, Nomor 2 di DIY
"Keputusan ini konsisten dengan stance kebijakan moneter yang pre-emptive dan forward looking untuk memastikan terus berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi dan inflasi ke depan," katanya.
Bank Indonesia meyakini, kata Firman, BI7DRR (BI-7 Day Reverse Repo Rate) sebesar 5,75% memadai untuk mengarahkan inflasi inti tetap berada dalam kisaran 3,0±1% pada semester I 2023 dan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) kembali ke dalam sasaran 3,0±1% pada semester II 2023.
"Kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah juga terus diperkuat guna mengendalikan inflasi barang impor [imported inflation] dan memitigasi dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global terhadap nilai tukar Rupiah," katanya.
Chief Economist BCA David E Samual juga memiliki penilaian yang sama. Menurut David, inflasi di AS secara umum mulai melandai. Terutama harga pangan dan energi mulai menurun. Hanya saja yang masih tinggi pada sektor jasa. "Angkanya masih di atas 4 persen. Salah satu pendorongnya inflasi di sektor perdagangan terutama upah tenaga kerja," katanya.
BACA JUGA : Pertumbuhan Ekonomi DIY Diprediksi Terus Tumbuh
Hal berbeda dengan kondisi di Eropa di mana harga pangan dan energi masih naik dan di AS mulai menurun. Negara-negara Eropa hampir setiap pekan meminta kiriman batu bara ke Indonesia meskipun nilainya masih kecil. "Relaksasi kebijakan Covid-19 di China diharapkan mendorong pertumbuhan ekonomi global. Saya melihat pemulihan ekonomi di China ada dua jalur baik jalur cepat maupun jalur lambat," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Kunjungan ke Mal di Jogja Melonjak saat Long Weekend, Diprediksi Capai 50 Persen
- Pindah Faskes BPJS Kesehatan Bisa lewat Ponsel, Ini Caranya
- Asita DIY Siap Dilibatkan Pembahasan Penerbangan Internasional di YIA
- Pabrik Sepatu Bata Tutup, Menteri Perindustrian Beberkan Rencana Lanjutannya
- Pemilu Bikin Pasar Properti DIY Lesu, REI DIY Optimistis Triwulan II 2024 Tumbuh Positif
Advertisement
Advertisement
Tidak Hanya Menginap, Ini 5 Hal Yang Bisa Kamu Lakukan di Garrya Bianti Yogyakarta
Advertisement
Berita Populer
- Pemerintah Bakal Naikkan HET Minyakita, Produsen Blak-blakan Soal Ini
- Proses Merger AP I dan AP II Dipatok Kelar Oktober 2024, Begini Nasib Karyawan
- OJK: Kerugian Penyelenggara Pinjol Menurun di Angka Rp27,3 Miliar
- BEI DIY Catat Ada Penambahan 3.890 Investor Baru pada April 2024
- Belajar dari Kecelakaan Bus di Subang, Asita DIY Minta Organda Lebih Perhatikan Keamanan
- Masyarakat Gemar Utang di Paylater, Pinjaman Tembus Rp6 Triliun Per Maret 2024
- Wamenkeu Sebut Konsumsi Rumah Tangga Topang Perekonomian Nasional
Advertisement
Advertisement