Advertisement
Ini Cara Pengembang Menengah Hadapi Serangan Developer Besar
![Ini Cara Pengembang Menengah Hadapi Serangan Developer Besar](https://img.harianjogja.com/posts/2021/07/18/1077431/perumahan-di-sentul-city-antara-msl.jpg)
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Pengembang menengah harus berpikir keras untuk menyiasati gempuran developer besar di tengah pandemi Covid-19 dan penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat.
Direktur Utama GNA Group Gregorius Gunho mengatakan bahwa saat ini ada pengembang besar yang turut serta dalam membangun rumah tapak dengan harga di bawah Rp1 miliar. Padahal, sebelum pandemi pengembang itu selalu mengambil pangsa pasar hunian di atas Rp1 miliar.
Advertisement
Dia pun mengaku cukup kaget ketika banyak pengembang besar yang beralih menggarap segmen hunian yang lebih murah, ukuran lebih kecil, dan menyasar milenial.
“Pengembang besar, 2 tahun ini turun harga satuannya, karena mereka tidak mau rugi. Tidak ada cash jualan juga susah, sehingga reasonable. Mereka profit masih tebel, dulu beli tanah Rp200.000—Rp300.000 dan sekarang menjadi Rp13 juta—Rp15 juta, tetapi sekarang dijual Rp10 juta—Rp11 juta agar bisa diserap konsumen,” katanya dalam diskusi Prolab School of Property, Sabtu (17/3/2021).
Untuk dapat bersaing dengan pengembang besar, kata dia, saat ini pengembang menengah harus membuat rumah dengan desain yang bagus, luas lahan lebih besar, harga kompetitif, dan kemudahan serta cara bayar yang fleksibel.
Dia pun mengeluhkan, strategi kemudahan bayar yang dilakukan oleh pengembang besar untuk menarik konsumen.
“Kemudahan bayar pengembang besar agak tidak masuk akal. Misalnya DP [down payment] Rp100 juta dicicil 18 kali. Kira-kira dapatnya berapa? Itu buat bangun [rumah] tidak cukup. Jualan memang bagus, semua klaster terjual, tetapi secara cashflow pasti susah,” ujarnya.
Director Greenwood Group Michael Sugiharto menuturkan, pihaknya lebih memilih untuk melakukan penyesuaian desain dan fasilitas perumahan agar tidak kalah oleh pengembang besar.
“Kami juga fleksibilitas dengan harga, karena produk kami bisa lebih rendah dan efisien. Kemudian serah terima unit pada konsumen, kami waktunya bisa lebih cepat dibandingkan dengan developer besar. Konsumen bisa terima unit lebih cepat, sehingga kami yakin konsumen bisa pilih ke kami,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, dia juga menyampaikan perusahaan saat ini menunda dua proyek apartemen di Jakarta Barat dan Yogyakarta akibat pandemi Covid-19. Proyek apartemen di Yogyakarta sendiri menyasar kelas premium, sehingga tidak memungkinkan untuk dilanjutkan dalam kondisi saat ini.
“Kami ada 55 proyek, ada dua proyek yang di-hold, di Jakarta Barat dan Yogyakarta. Termasuk di Jakarta Barat, sempet sudah terjual tetapi kami sudah hold. Kondisi pasar apartemen yang belum bisa support, sehingga proyek apartemen kami ada yang di-hold,” jelasnya.
Direktur MAS Group Muhammad Adhiguna Sosiawan menuturkan, salah satu strategi yang dilakukan untuk bertahan di tengah pandemi adalah dengan melakukan perubahan harga dan ukuran agar dapat bersaing dengan pengembang besar.
“Contohnya, salah satunya di Serpong, dimana salah satu developer besar mengeluarkan produk seharga Rp800 juta dengan lebar 3 meter dan 1 kamar tidur. Jadi kami mengeluarkan produk dengan lebar 5 meter dan 3 kamar tidur, tetapi memiliki harga yang sama,” jelasnya.
Meski begitu, dia juga tidak menampik jika bersebelahan dengan produk hunian dari pengembang besar akan sangat menguntungkan. Pasalnya, banyak konsumen yang mencari rumah di kawasan sekitar hunian milik pengembang besar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
- Ribuan Orang di Pasar Jongke Berebut Foto dan Bingkisan Presiden Jokowi
- Gibran Minta Teguh Prakosa Berjejaring dengan Pemerintah Pusat dan Pengusaha
- Tepergok Curi Ponsel Marbot Masjib, Pemuda Karangmalang Sragen Ditangkap Warga
- Kemenag Serahkan SK Izin Operasional YBM BRILiaN Sebagai LAZ Skala Nasional
Berita Pilihan
- Kenaikan Tarif PPN 12 Persen, DPR Tunggu Keputusan Presiden Terpilih Prabowo Subianto
- Bukan Aoka, BPOM Perintahkan Roti Okko Ditarik dari Pasaran, Berikut Penjelasannya
- Gapmmi Belum Bisa Pastikan Kebenaran Kasus Roti Aoka
- BPBD DIY Bikin Program Hotel Tangguh Bencana, PHRI: Sudah Beberapa Kali Disimulasikan
- Harga Emas Antam Hari Ini Jumat (19/7), Turun Rp8.000 per Gram
Advertisement
![alt](https://img.harianjogja.com/posts/2024/07/27/1182749/bus-sekolah.jpg)
Bukan September, Bus Sekolah di Bantul Dipastikan Mengaspal Mulai 17 Agustus 2024
Advertisement
![alt](https://img.harianjogja.com/posts/2024/07/24/1182437/taman-ablekambang.jpg)
Taman Balekambang Solo Resmi Dibuka Kamis 25 Juli 2024, Segini Tarif Masuk dan Jam Operasionalnya
Advertisement
Berita Populer
- Bantah Ada BBM Baru, Begini Penjelasan Luhut
- Bank BPD DIY Luncurkan QRIS Dinamis, Pengguna Tak Perlu Masukkan Nominal Pembayaran
- Ini Lima Negara Pemasok Utang Terbesar untuk Indonesia
- Pj Gubernur Jateng Dampingi Presiden Jokowi Lepas Ekspor 16 Ribu Pasang Sepatu Ke Amerika
- Indonesia Berada di Urutan Empat Produsen Kopi Terbesar di Dunia
- Kolaborasi Telin dan MEF Percepat Transformasi Digital di Indonesia
- Tingkatkan Peran Koperasi, Dinkop UKM DIY Gelar Simposium Nasional
Advertisement
Advertisement